Khutbah Jumat Bulan Syawal: Istiqamah Beribadah Setelah Ramadhan
Khutbah Jumat Bulan Syawal: Istiqamah Beribadah Setelah Ramadhan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 3 Syawwal 1440 H / 07 Juni 2019 M.
Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Bulan Syawal: Istiqamah Beribadah Setelah Ramadhan
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Senantiasa kita memuji Allah yang telah memberikan kita banyak kenikmatan. Sesungguhnya kenikmatan yang terbesar yang Allah berikan adalah nikmat keislaman dan keimanan. Maka kewajiban kita untuk mensyukuri nikmat yang besar tersebut dengan cara terus beramal shalih dan menggali ilmu Allah yang telah Allah berikan kepada RasulNya, lalu beliau sampaikan kepada para Sahabatnya. Demikian dari zaman ke zaman. Setiap ulama menyampaikan ilmu untuk menjadi sebuah penerang dalam kehidupan kita.
Diantara yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an, sebuah ayat yang mulia yang hendaknya kita jadikan sebagai motto dalam kehidupan kita. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ﴿٧﴾ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب ﴿٨﴾
Dalam surat Al-Insyirah ini Allah mengatakan:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ﴿٧﴾
“Apabila kamu telah selesai, maka berdirilah.” (QS. Al-Insyirah[94]: 7)
Menjadi pendapat para ulama, di mana para ulama tafsir ketika menafsirkan ini ada dua pendapat:
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa artinya apabila kamu telah selesai melaksanakan urusan dunia kamu berupa mencari nafkah ataupun yang lainnya, maka berdirilah untuk akhiratmu, segeralah kamu lakukan kehidupan akhiratmu. Ini Allah merupakan perkara yang Allah perintahkan. Apabila kita telah mencari dunia, kemudian setelah itu kita segeralah mencari akhirat kita.
Sementara pendapat yang kedua dari pendapat para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini artinya apabila kamu telah selesai beribadah, maka segeralah kamu bersiap-siap menuju ibadah berikutnya. Karena kehidupan manusia hendaknya tidak lepas dari ibadah dan ibadah. Apabila kita telah selesai shalat lima waktu misalnya, segera kita berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah selesai berdzikir segera kita berpindah dari satu ibadah kepada ibadah berikutnya.
Setelah kita selesai bulan Ramadhan, kita melaksanakan puasa sebulan penuh, segera kita pun melaksanakan puasa berikutnya yaitu puasa Syawal dan amalan-amalan shalih yang lainnya. Dan ini adalah pendapat kebanyakan para ulama tafsir. Dan dua pendapat tersebut sebetulnya tidak bertentangan sama sekali. Karena orang yang mencari dunia tiada lain adalah untuk mencari kehidupan akhirat apabila ia niatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seseorang yang mencari nafkah, kalau ia tujuannya adalah untuk mencari nafkah yang Allah wajibkan kepada dia, untuk menafkahi anak dan istrinya maka itu menjadi pahala di sisi allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang yang melakukan perbuatan yang sifatnya duniawi, apabila itu memang tujuannya karena Allah, di jalan Allah dan sesuai dengan syariat Allah, maka itu bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia, Allah ciptakan untuk ibadah. Maka kita berusaha untuk berpindah dari satu ibadah kepada ibadah berikutnya. Apabila kita telah selesai dalam ibadah mencari nafkah, kita berusaha mencari ibadah yang lainnya. Yaitu dengan berusaha banyak berdzikir kepada Allah, dengan shalat, dengan membaca Qur’an dan yang lainnya. Apabila kita telah selesai di bulan Ramadhan ini, Alhamdulillah. Dengan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera kita bersiap-siap menuju ibadah berikutnya. Yaitu berpuasa di bulan Syawal. Kemudian setelah Syawal, berikutnya kita akan menjelang bulan-bulan haram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah dan Muharram. Tiga bulan haram yang sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang sangat diperintahkan kita untuk banyak berbuat kebaikan di dalamnya.
Ummatal Islam,
Betapa indahnya seorang Mukmin yang hidupnya tak lepas dari ibadah. Ketika ia telah selesai dari satu ibadah menuju ibadah berikutnya. Karena ibadah itu bukanlah sebatas kita hanya shalat, membaca Qur’an, tidak. Akan tetapi kata Syaikhul Islam, bahwa ibadah adalah:
اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال الظاهرة والباطنة
Setiap perkara yang dicintai oleh Allah berupa ucapan ataupun perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi, semua yang Allah cintai.
Anda berolahraga karena untuk melaksanakan hak badan Anda agar sehat, kemudian bisa beribadah dengan tenang dan dengan kesehatan itu Anda bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang yang sakit dari ibadah kepada Allah, maka itu menjadi kebaikan, insyaAllah.
Maka ya ummatal Islam,
Inilah motto seorang Mukmin. Seorang Mukmin berusaha untuk menjadikan bagaimana waktu-waktunya bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang-orang barat mengatakan waktu adalah uang. Karena bagi mereka kehidupan itu hanyalah dunia. Mereka tidak meyakini adanya kehidupan akhirat. Sementara kita orang yang beriman mengatakan bahwa waktu itu adalah pahala. Dia ingin berusaha setiap waktunya, setiap menitnya, setiap jamnya, dia bisa meraih pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka Subhanallah,
Perbuatan ini hanyalah untuk orang-orang yang ia yakin benar kepada Allah dan kehidupan akhirat. Oleh karena itu Allah berfirman:
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب ﴿٨﴾
“Dan kepada Rabbmu hendaklah kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah[94]: 8)
Iya.. Seorang Mukmin hanya berharap kepada Allah semata, seorang Mukmin hanya menggantungkan pengharapannya kepada Allah. Yang dia inginkan dalam hidupnya, satu tujuannya, yaitu cinta Allah dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia tidak ingin menjadikan cinta manusia sebagai tujuan yang terbesar. Karena manusia bisa berubah-rubah hatinya. Hari ini ia cinta, mungkin besok ia benci. Sedangkan apabila Allah sudah mencintai kita, Allah mampu menjadikan hati-hati manusia mencintai diri kita. Sehingga pada waktu, tujuan terbesar dalam hidupnya adalah keridhaan Allah semata.
Subhanallah.. Betapa mulianya seorang Mukmin. Sehingga ketika ia ditimpa kesulitan apapun, ia bersabar karena yang ia harapkan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika ia diberikan kesenangan, dia tidak tertipu dan bahkan ia bersyukur kepada Allah. Karena yang ia harapkan di hatinya telah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh Rasulullah kagum kepada seorang Mukmin karena itu. Rasulullah bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang Mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Dan itu tidak akan terjadi kecuali pada orang-orang yang beriman saja.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah kedua – Khutbah Jumat Bulan Syawal: Istiqamah Beribadah Setelah Ramadhan
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Ketika seseorang di hatinya hanya mengharapkan Allah dan kehidupan akhirat, di saat itulah ia akan diberikan oleh Allah kemudahan untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena hanya orang-orang yang menginginkan Allah dan kehidupan akhirat saja yang mampu menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidupnya. Allah berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah, uswatun hasanah (suri tauladan yang baik)”
Bagi siapa? Yaitu:
لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
“Bagi orang yang mengharapkan Allah dan kehidupan akhirat.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
Iya.. Seorang Mukmin di hatinya adalah harapannya adalah ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam ayat tadi:
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب ﴿٨﴾
“Dan kepada Rabbmu hendaklah kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah[94]: 8)
Sehingga Allah berikan dia kekuatan untuk menjalankan perintah-perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya. Sedangkan orang yang mengharapkan dunia, sesuatu yang terbesar di hatinya adalah dunia, jangan harap dia bisa menjalankan syariat Allah, jangan harap dia bisa menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidupnya. Karena perintah-perintah Allah dan RasulNya seringkali tidak sesuai dengan kepentingan dunia kita, seringkali batasan-batasan Allah membuat seseorang yang menginginkan dunia itu seakan-akan itu adalah penjara bagi dia. Sehingga akhirnya berapa banyak orang-orang yang mengharapkan dunia dimana dunia menjadi sesuatu yang terbesar di hatinya, ia menghalalkan apa yang Allah haramkan. Ia tidak peduli dengan halal dan haram lagi. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah mengabarkan dalam haditsnya:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (HR. Bukhari)
Karena disaat itu, yang mereka harapkan adalah dunia, tidak mengharapkan lagi karunia Allah, tidak mengharapkan lagi keridhaan Allah, tidak mengharapkan lagi kehidupan akhirat, na’udzubillah.
Maka jadilah kita anak-anak akhirat dan jangan kita menjadi anak-anak dunia. Ali Bin Abi Thalib berkata bahwa sesungguhnya akhirat itu pasti akan datang dan dunia itu pasti akan pergi dan setiap mereka mempunyai anak-anak.
فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا
“Jadilah kamu anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia.”
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللهم تقبل صيامنا وقيامنا و جميعا عباره يا رب العالمين
اللهم اصلح ولاه امور المسلمين في هذا البلد وفي سائر بلاد المسلمين يا رب العالمين اللهم انصر المسلمين في كل مكان يا رب العالمين اللهم واتوب علينا انك انت التواب الرحيم
عباد الله:
Download mp3 Khutbah Jumat Bulan Syawal: Istiqamah Beribadah Setelah Ramadhan
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47219-khutbah-jumat-bulan-syawal-istiqamah-beribadah-setelah-ramadhan/